Pada bawah permukaan tanah , airtanah terkumpul dalam suatu lapisan pembawa air atau akifer. Akifer ini adalah suatu formasi atau lapisan batuan yang dapat menampung, menyimpan, dan mengalirkan airtanah. Karena itu, lapisan tersebut harus bersifat lulus aiir, banyak mengandung rongga, retakan atau celah-celah yang saling berhubungan, agar supaya formasi tersebut dapat menampung air dan dibatasi oleh lapisan kedap air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi-rendah potensi airtanah dalam formasi batuan tergantung pada jenis batuan, umur batuan, tingkat pelapukan, retakan, besaran butir, dan kepadatannya. Sebagai contoh pada batuan beku potensi sebagai akifer tergolong sangat rendah, sedangkan jenis batuan sedimen lebih berpotensi besar sebagai akifer.
Umur batuan yang lebih tua umumnya mempunyai potensi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan batuan yang berumur lebih muda. Demukian pula batuan yang mempunyai retakan rapat mempunyai potensi akifer yang lebih besar. Sedangkan dari sisi besaran butir,potensi akifer terdapat pada butiran yang berukuran besar dan kasar. Jika dilihat dari kepadatannya maka batuan padat mempunyai potensi akifer yang sangat rendah.
Mengapa batuan sedimen paling tinggi potensi airtanahnya sebagai akifer?. Jawabannya jelas selain struktur berlapis-lapis, batuan ini umumnya tidak terlalu padat dan pejal, terutama yang berumur muda. batuan sedimen juga memiliki butir kasar dan bersifat urai, sehingga banyak mengandung rongga atau ruang antar butir. Contoh pada endapan sungai atau alluvial.
Meskipun tergolong pejal dan padat, ada salah satu jenis batuan sedimen yang juga berpotensi besar menyimpan airtanah yaitu batugamping. Hal ini disebabkan oleh sifat mineral penyusun yang mudah larut oleh air hujan, sehingga seringkali terbetuk rongga-rongga di dalamnya. Bahkan, tidak jarang ditemukan adanya aliran sungai di bawah tanah. Ini misalnya yang sering dijumpai di daerah Gunung Kidul, Provinsi DI Yogyakarta. Pada formasi batugamping yang berumur tersier, banyak dijumpai sungai-sungai bawah tanah.
Sementara itu walaupun batuan beku atau batuan metamorf tergolong berpotensi rendah sebagai akuifer - karena sifatnya yang padat dan pejal - namun jika tingkat pelapukannya tinggi serta mengandung banyak retakan, ia dapat berperan sebagai akifer yang cukup potensial. Apalagi jika tingkat pelapukannya sempurna untuk menjadi tanah.
Akifer sendiri terdiri dari berbagai jenis, berdasarkan kondisi geologi.
Pertama, akifer bebas (unconfined aquifer) , yakni yang bagian dasarnya terletak atau dialasi oleh lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya terbuka atau bebas, sehingga seluruh muka airtanahnya dipengaruhi oleh tekanan atmosfer. Sumur dapat dibuat dengan kedalaman mencapai airtanah bebas disebut sumur bebas atau sumur statis, karena muka air sumur relatif diam.
Pada kondisi alami, airtanah di dalam akifer bebas bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yanag rendah. Sehingga, sumur yang letaknya di bawah akan mendapat pasokan air dari sumur diatasnya. Salah satu bentuk khusus akifer bebas adalah perched aquifer. Yakni, akifer bebas yang relatif sempit dan terletak pada posisi tengah terpisah- seolah-olah bertengger diatas akifer bebas (regional) yang berada di bawahnya.
Kedua, akifer tertekan (confined aquifer), yakni: akifer yang bagian dasar maupun atasnya dibatasi oleh lapisan relatif tidak lulus air, sehingga terkuring di antara dua lapisan kedap air. Dalam kondisi jenuh air , muka airtanah pada umumnya berada di daerah resapan, sehingga terkurung di antara dua lapisan kedap air. Dalam kondisi jenuh air, muka air tanah pada umumnya berada di daerah resapan yang elevasinya lebih tinggi, sehingga hampir keseluruhan air tanah berada dalam kondisi tertekan.
Sumur yang menembus akifer tertekan disebut sumur artetis. Dikatakan demikian, karena muka ai tanah di dalam sumur akan naik dengan sendirinya atau menyembur keluar setinggi bidang pisometrik. Salah satu bentuk khusus dari akifer tertekan adalah akifer semi tertekan (semi confined aquifer), yaitu akifer yang lapisan penutup atas dan bawahnya merupakan lapisan semi kedap air, sehingga airtanah terpengaruh oleh rembesan dari bagian atas maupun bawah.
Akifer karstik adalah kondisi dimana airtanah terdapat pada rongga atau rekahan batugamping. Sedangkan akifer setengah bebas, dimana bagian atas airtanah ditutup oleh lapisan berbutir halus, antara lain lempung, tetapi muka airnya sering diidentikkan dengan akifer bebas.
Indonesia mempunyai kondisi airtanah yang sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi dan hidrologi. Kondisi hidrologi Indonesia sebagai kepulauan dan berda di daerah tropis dengan lautan yang lebih luas dari daratan adalah sangat menguntungkan. Apalagi, disertai dengan curah hjan yang tinggi- walau tidak merata dan berkisar antara 800 - 4.000 millimeter per tahun.Sedangkan dari sudut geologi, sebagian besar kepulauan Indonesia tertutup oleh batuan berumur tersier sampai kwarter. Batuan tersier umumnya terdiri atas sedimen laut, terkadang bercampur dengan hasil kegiatan gunung api.
Batuan tersier tersebut terangkat dan terlipat oleh gerakan orogenitik, sehingga muncul pegunungan lipatan. Sementara itu, pada retakan timbul aktivitas gunung api kwarter, yang mengakibatkan sebagian besar pulau tertutup oleh bahan hasil kegiatan gunung api tersebut. Isi sangat bermanfaat dalam pembentukan air tanah. Endapan allluvium seperti ini terdapat pada daerah pantai, dataran antar-gunung, dan dataran sungai, yang merupakan daerah dengan potesi airtanah.
Berdasarkan hal-hal diatas, pembentukan dan penyebaran air tanah di Indonesia dapat dipetakan kedalam lima wilayah :
Pertama, daerah pegunungan pra tersier, dimana sebagian besar terdiri atas batuan metamorfosa yang kurang meluluskan air serta dengan potensi air kecil.
Kedua, daerah pegunungan lipatan. Litologinya terdiri atas napal, lempung sedimen laut atau batupasir padu, dan bersifat kedap air. Potensi airtanahnya pada umumnya kecil, kecuali bila terjadi intrusi batuan beku atau lelehan lava.
Ketiga,daerah batugamping. Batu ini merupakan batuan padu, tetapi mempunyai rekahan-rakahan atau rongga hasil pelarutan. Pada umumnya, potensi airtanahnya cukup baik
Keempat, daerah gunung api. Indonesia kaya akan gunung berapi. Pada wilayah sekitar puncak gunung, air paling banyak mengalir sebagai aliran permukaan. Wilayah ini berfungsi sebagai daerah resapan (recharge area). Kondisi vegetasi daerah ini sangat menentukan peresapan air ke dalam tanah. Selanjutnya, didaerah tubuh gunung api - yang juga berfungsi sebagai daerah resapan dan sering mucul mata air.
Kelima, daerah dataran, yang terdiri dari daerah dataran antar gunung, dimana batuan utamanya tersusun dari hasil rombakan gunung api. Akumulasi airtanahnya pada umumnya bersifat airtanah tetekan. Termasuk kategori daerah dataran adalah daerah pantai, yang kondisi airtanahnya tergantung pada geologi daerah pegunungan diatasnya. Potensi air tanah daerah cukup baik, meskipun ada yang berpotensi kecil. Pada eksplorasi airtanah pada daerah pantai perlu diwaspadai terutama terjadi intrusi air laut.
Daftar bacaan
Bemmelen, van R.W., 1949, The Geology of Indonesia, The Hague, Netherland
Todd, D.K.,1959, Groundwater Hydrology,, John Wiley and Sons. Inc.
Freeze, R.A dan Cherry J.A., 1979, GroundwaterPretice - Hall, Englewood Cliffs,
tulisan yang bagus pak umar. Untuk aplikasinya bagaimana penerapannya di Jakarata apa perlu di bagi dengan zona2 air tanah...?
BalasHapus